IQNA

Latar Belakang Sejarah Syiah di Asia Tenggara dan Malaysia oleh Ali Akbar Ziaie

11:28 - September 25, 2023
Berita ID: 3478971
MALAYSIA (IQNA) - Sejarah Syiah di Malaysia” ditulis oleh mantan konsultan kebudayaan Iran di Malaysia, yang mana penulis mencoba mengkaji latar belakang sejarah Syiah di Asia Tenggara dan Malaysia dengan mengacu pada dokumen-dokumen yang tersedia dan dan mengenalkan pembaca dengan berbagai pandangan dan keyakinan kaum Syiah Malaysia, para pendukung dan penentang mereka.

Menurut Iqna, buku ini merupakan salah satu buku baru yang diterbitkan oleh penerbit internasional Amin pada tahun 1402 dan setebal 701 halaman. Ali Akbar Ziaie, seorang penulis dan peneliti isu-isu Islam dan mantan konsultan kebudayaan Iran di Malaysia, telah menyatakan dalam pendahuluannya: Asia Tenggara dapat dianggap sebagai asal mula agama, pengetahuan kuno di dunia. Bukti-bukti kuno dari abad ke-5 M membuktikan kehadiran agama Buddha dan bukti-bukti kuno dari abad ke-11 M membuktikan kehadiran agama Hindu di wilayah ini. Agama-agama ini telah menyebar di Asia Tenggara dalam periode sejarah yang berbeda melalui para pedagang dan terkadang karena invansi militer dari India dan Tiongkok.

Dibandingkan dengan itu, Islam masuk ke wilayah ini kemudian, dan bukti yang ada menunjukkan bahwa Islam menyebar di tanah Melayu sejak abad ke-13 dan seterusnya, dan jelas bahwa Islam didakwahkan oleh para pedagang di antara beberapa suku Melayu sebelum tanggal tersebut.

Islam merambah ke sebagian besar wilayah Asia Tenggara dan sebagian besar suku Melayu masuk Islam sehingga kata Melayu menjadi sinonim dengan Islam, dan setiap kali bahasa Melayu disebutkan, Islam juga disebut sebagai agama. Sejak abad ke-16 M, dengan dimulainya penjajahan Eropa, agama Kristen yang berorientasi Katolik ditambahkan ke dalam agama-agama di Asia Tenggara. Dengan terus berlanjutnya pengaruh Belanda dan Inggris, agama Kristen Protestan pun menyebar di wilayah ini.

Perhatian terhadap studi Syiah dengan munculnya Revolusi Islam

Dengan munculnya Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 dan selanjutnya berdirinya Republik Islam Iran, kajian Syiah mendapat perhatian dunia, khususnya pusat-pusat keilmuan Barat. Setelah invasi Amerika ke Irak pada tahun 2002, peran politik Syiah juga meningkat di sana, dan Syiah Irak mampu mencapai status sosial dan politik mereka setelah jatuhnya kediktatoran Saddam.

Setelah kemenangan revolusi Islam di Iran, gelombang Islamisme dan Islam politik di kalangan umat Islam di Asia Tenggara menentang sekularisme dan pandangan materialis Barat, dan banyak umat Islam mengupayakan penerapan standar dan hukum Syariah di pemerintahan, dan berbagai partai politik dengan tuntutan agama dan Islam terbentuk.

Dengan meningkatnya pendukung Revolusi Islam di Asia Tenggara, pemikiran Syiah juga mendapatkan dorongan baru dan seiring berjalannya waktu, jumlah mereka dalam berbagai lapisan masyarakat di wilayah tersebut meningkat. Sampai pada titik di mana lawan politik Iran di wilayah ini mendorong pemerintah untuk melawan Syiah dan pemikiran Syiah serta Revolusi Islam. Setelah munculnya Syiah dalam kancah politik dunia saat ini, pusat-pusat penelitian Barat dan bahkan para cendekiawan dan pemikir Muslim yang selama bertahun-tahun telah memfokuskan perhatian mereka pada kajian Sunni dan arus politik seperti Ikhwanul Muslimin dan arus politik Islam lainnya, dan Syiah sebagai mazhab minoritas dalam bayang-bayang arus intelektual Kaum Sunni cenderung menyelidiki sudut pandang politik dan mazhab Syiah dan terkadang memandang ajaran Syiah dengan pandangan kritis, dan sementara itu, para orientalis seperti Goldziher dan Louis Massinion dengan motivasi politik mempelajari seperti Ahlul hadis, Tekstualisme, Syaikhiyah dan Syiah Ghulat dan lain-lain. Mereka kurang memperhatikan kebenaran di dunia saat ini, seperti Syiah Itsna Asya’ariyah, sejauh aliran intelektual berpengaruh tanpa tujuan politik dan partisan. (HRY)

 

4170722

captcha